Perubahan iklim berdampak buruk bagi masyarakat pesisir Lombok, akibatnya satu kampung warga Telindung, Desa Anggaraksa, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur direlokasi karena abrasi dan rob yang parah, sehingga kampung mereka berubah menjadi lautan.
“Di sana dulu rumah saya, di depan itu rumah tetangga. Ramai kampung ini,’’ kata Mastah menunjuk ke arah timur, ke arah lautan lepas. Kampung itu kini telah tenggelam oleh air laut dan menjadi bagian Selat Alas.
Sebelumnya, masyarakat Telindung sudah terbiasa dengan rob yang biasanya terjadi pada akhir tahun. Namun semakin lama, rob semakin sering terjadi, akibatnya air semakin mendekat ke perkampungan. Tahun 1990-an rumah warga yang paling dekat dengan pesisir sering terendam air.
Ismail alias Amaq Masri adalah pemilik rumah yang saat ini sudah berada di tebing jurang yang dikikis ombak. Kamar mandi yang terpisah dari rumah sudah tidak bisa digunakan. Rumah yang ditempatinya hanya berjarak 10 meter dari tebing yang langsung berbatasan dengan laut lepas. Dia sudah diminta pindah oleh pemerintah, tapi tidak tahu hendak pindah ke mana.
“Kalau mau pindahkan rumah ini butuh biaya. Bongkar butuh banyak orang, belum angkut dan nanti bangun ulang. Saya tidak punya uang,’’ katanya.
Adapun dampak perubahan iklim tersebut tidak hanya membuat mereka kehilangan rumah, tapi juga kehilangan pekerjaan.
“Dulu setiap hari lihat uang, sekarang susah. Saya hanya jaga cucu,’’kata Samurah, warga eks kampung Telindung, Desa Anggaraksa, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur.
Selain itu, nelayan di pesisir Ampenan, Kota Mataram juga dihadapkan dengan kondisi yang sama. Sebagian besar masyarakat memilih menjadi buruh migran demi memenuhi kebutuhan mereka. Bagi mereka menjadi nelayan merupakan pilihan yang sulit dengan kondisi cuaca yang tidak menentu dan ombak yang semakin ganas setiap harinya.
“Sekarang ini air laut semakin dekat, ikannya yang jauh,’’ kata Nurhayati, istri nelayan di pesisir Ampenan yang pernah menjadi buruh migran ke Saudi Arabia.
Perubahan iklim membawa nasib buruk bagi masyarakat pesisir Lombok. Hal tersebut dikeluhkan oleh para nelayan dan masyarakat, karena hidup terus berjalan, sementara perekonomian mereka semakin terpuruk.
Sumber: Mongabay.
Comments