top of page
Gambar penulisadinda farishaf

Hadapi Krisis Iklim, Pandu Laut Gelar Edukasi Lingkungan dan Aksi Penanaman 3000 Mangrove di Pesisir Pangandaran



Madasari, 5 November – Di tengah krisis iklim yang semakin nyata dan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat pesisir, Pandu Laut Nusantara bersama PT Suzuki Indomobil Sales dan PT Pertamina Persero menggelar kegiatan edukasi lingkungan serta aksi penanaman 3.000 pohon mangrove di MTs Legokjawa, sebuah sekolah yang terletak di kawasan pesisir terpencil Pangandaran. Kegiatan ini bertujuan memperkuat ketahanan masyarakat pesisir melalui peningkatan pemahaman tentang perubahan iklim serta tindakan nyata yang mendukung pelestarian ekosistem.


Dengan berfokus pada dua komponen utama, yaitu pendidikan lingkungan untuk generasi muda dan aksi tanam mangrove, Pandu Laut Nusantara memberikan pengetahuan sekaligus memupuk rasa tanggung jawab lingkungan di kalangan generasi muda pesisir. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal bagi siswa dan masyarakat sekitar untuk memahami lebih dalam tentang perubahan iklim serta terlibat aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan mereka.




Pendidikan Iklim untuk Masa Depan Pesisir


Perubahan iklim menjadi salah satu tantangan terbesar abad ini, dengan dampak yang begitu luas di seluruh dunia. Namun, tidak semua lapisan masyarakat memiliki akses dan pemahaman yang memadai tentang perubahan iklim. Di Indonesia, terutama di wilayah pesisir, pemahaman mengenai perubahan iklim dan dampaknya masih sangat terbatas. Padahal, komunitas pesisir adalah salah satu yang paling rentan terhadap perubahan iklim, mulai dari kenaikan permukaan laut hingga perubahan pola cuaca ekstrem yang mengancam mata pencaharian mereka.


Dalam kegiatan ini, Pandu Laut Nusantara berfokus pada pendidikan iklim yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dasar mengenai perubahan iklim, penyebab, dan dampaknya. Siswa diajak untuk memahami konsep efek rumah kaca, yang dihasilkan oleh emisi gas-gas seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan nitrogen oksida (N₂O) akibat aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan. Efek rumah kaca ini menyebabkan kenaikan suhu global, yang memicu berbagai fenomena alam seperti cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan degradasi ekosistem laut.


Selain itu, kami juga menjelaskan mengenai dampak langsung perubahan iklim bagi mereka yang tinggal di kawasan pesisir. Kami menerangkan bagaimana pola cuaca yang tidak menentu dan semakin ekstrim mempengaruhi hasil panen dan merusak mata pencaharian nelayan. Dengan perubahan suhu laut, keberadaan ikan semakin terpengaruh, menyebabkan penurunan tangkapan yang berdampak pada ekonomi masyarakat pesisir yang bergantung pada sumber daya laut. Kenaikan permukaan laut juga menyebabkan erosi pantai dan abrasi, yang mengancam tempat tinggal masyarakat pesisir.


Siswi MTs Legokjawa sedang menuangkan imajinasi mereka tentang kondisi bumi akibat perubahan iklim dalam bentuk gambar

Setelah memahami dampak-dampak tersebut, siswa diajak untuk berdiskusi tentang kemungkinan yang akan terjadi di masa depan jika langkah mitigasi tidak segera dilakukan, kemudian menuangkan imajinasi mereka dalam bentuk gambar. Para siswa didorong untuk berimajinasi tentang berbagai skenario yang mungkin dihadapi, seperti kerusakan lingkungan yang semakin parah, kehilangan mata pencaharian bagi masyarakat pesisir, dan tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi oleh generasi mendatang dalam hal kesehatan, ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan. Melalui kegiatan kreatif ini, para siswa tidak hanya belajar tentang konsekuensi dari perubahan iklim, tetapi juga memahami betapa pentingnya peran mereka dalam menjaga lingkungan dan berkontribusi terhadap pelestarian alam untuk masa depan yang lebih baik.

Hasil diskusi dan gambar tentang bumi akibat perubahan iklim

Sebagai bagian dari pemahaman ini, Pandu Laut Nusantara juga mengajarkan siswa tentang pentingnya Coastal Greenbelt atau sabuk hijau pesisir sebagai solusi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Coastal Greenbelt terdiri dari vegetasi alami seperti mangrove, lamun, dan ekosistem pesisir lainnya yang berperan sebagai pelindung alami terhadap dampak perubahan iklim. Mangrove, misalnya, mampu menyerap karbon dioksida dengan sangat efisien, bahkan hingga lima kali lebih banyak dibandingkan hutan darat lainnya, sehingga dapat membantu menekan laju pemanasan global.


Melalui edukasi ini, siswa diharapkan tidak hanya memahami konsep perubahan iklim secara teori, tetapi juga mampu melihat bagaimana fenomena ini berdampak langsung pada kehidupan mereka di lingkungan pesisir.


Di akhir kelas, para siswa diberikan leaflet tentang perubahan iklim. Leaflet ini berisi informasi dasar tentang perubahan iklim, penyebabnya, dampaknya, serta langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh individu dan komunitas untuk berkontribusi dalam upaya mitigasi. Dengan materi ini, diharapkan para siswa dapat membagikan pengetahuan mereka kepada keluarga dan komunitas, sehingga kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan semakin luas tersebar di masyarakat pesisir.




Aksi Tanam 3000 Pohon Mangrove


Untuk melengkapi sesi edukasi, kegiatan ini diakhiri dengan aksi penanaman 3.000 pohon mangrove di kawasan pesisir sekitar MTs Legokjawa. Kegiatan ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk perwakilan dari Desa Masawah, nelayan lokal, serta para volunteer setia Pandu Laut Nusantara, yang semuanya berperan aktif dalam upaya kolektif ini.


Mangrove memiliki peran vital dalam ekosistem pesisir, berfungsi sebagai penghalang alami yang melindungi garis pantai dari erosi dan meredam gelombang besar yang dapat merusak wilayah pesisir. Melalui penanaman mangrove, Pandu Laut Nusantara bersama para peserta kegiatan turut berkontribusi dalam menciptakan sabuk hijau pesisir yang dapat meningkatkan ketahanan lingkungan di Pangandaran. Selain melindungi garis pantai, mangrove menyediakan habitat bagi berbagai spesies laut yang mendukung biodiversitas lokal.


Akar mangrove yang kokoh menciptakan habitat bagi ikan, kepiting, dan berbagai spesies lainnya, menjadikannya ekosistem penting untuk keberlanjutan lingkungan dan ekonomi masyarakat pesisir. Mangrove juga memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap karbon, yang membantu menurunkan emisi karbon di atmosfer dan memperlambat laju pemanasan global. Menanam mangrove berarti turut berkontribusi dalam upaya global untuk menekan kenaikan suhu bumi dan mengurangi risiko cuaca ekstrem.



Dengan dukungan penuh dari masyarakat setempat, nelayan, dan para relawan, aksi penanaman ini diharapkan menjadi fondasi kuat bagi terwujudnya kolaborasi yang lebih luas dalam pelestarian lingkungan serta keberlanjutan ekosistem pesisir.


Menuju Masa Depan Pesisir yang Lebih Tangguh


Kegiatan edukasi di MTs Legokjawa dan penanaman mangrove di pesisir Madasari ini merupakan bagian dari komitmen Pandu Laut Nusantara dalam memberdayakan masyarakat pesisir agar lebih tangguh dalam menghadapi perubahan iklim. Dengan pendidikan iklim, generasi muda pesisir diharapkan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tantangan yang mereka hadapi dan mampu beradaptasi serta mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.


Pentingnya pendidikan iklim bagi generasi muda tidak hanya terletak pada pemahaman teori, tetapi juga pada pemahaman bahwa tindakan mereka dapat membuat perbedaan. Kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di wilayah pesisir untuk mengadopsi pendekatan serupa, menjadikan edukasi iklim sebagai bagian penting dalam kurikulum pendidikan yang membentuk karakter peduli lingkungan.*







65 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page